Holla
semua..
Perkenalkan
nama lengkapku Siti Setianingsih, tapi panggil saja Titi J ini adalah pertama kalinya saya menulis
blog. Jika suka silahkan lanjutkan
membaca,. Mongggo. Hehe.
Hmm,
di sini saya mau bercerita sedikit tentang apa sih STIS itu? Sekaligus berbagi
pengalaman awal mula saya mengenal STIS hingga akhirnya menjadi salah satu
mahasiswi di dalamnya :D
Waktu
itu saya masih kelas tiga SMA ketika
salah seorang temanku bercerita tentang satu perguruan tinggi yang katanya
‘gratis’ alias bebas biaya kuliah. Saya langsung mikir. Gratis? Siapa sih yang
telinganya tidak berdiri mendengar kata yang satu itu? Hehe. Dengan cepat saya
langsung tanya-tanya soal perguruan tinggi itu. Rupanya namanya STIS ,
singkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Sekolah itu memang benar bebas
biaya kuliah dan setiap bulan mahasiswanya mendapatkan tunjangan ikatan dinas.
WOW. Waktu itu informasi yang saya dapat hanya sebatas itu dan tidak kepikiran
untuk searching di google.
Tak
lama setelah itu, Ibu Irmawati (guru matematikaku yang sangat baik) membawa
kabar gembira tentang sekolah gratis itu. Katanya STIS akan mengadakan
sosialisasi kemudian seleksi di sana, tapi bukan di sekolahku. Saat itu sekitar
satu bulan sebelum sosialisasi. Syaratnya yang ikut seleksi adalah siswa-siswi
yang yang pernah meraih peringkat lima besar di kelas. Dan untuk syarat yang
itu, Alhamdulillah saya memenuhi karena selalu bertahan di posisi kedua di
kelas.
Siswa-siswi yang berminat
dibimbing oleh Ibu Irma. Sampe sekarang selalu merasa sangat berterima kasih
kepada ibu guru yang satu ini karena bisa dikatakan berkat dialah saya sekarang
bisa ada di sini.
Singkat
cerita kami pun mengikuti sosialisasi di aula MAN BIAU, waktu itu ada sekitar
enam sekolah yang hadir dan sekolahku (SMAN 1 BIAU) datang dengan peserta
terbanyak. Kebetulan waktu itu jam pelajaran matematika jadi Ibu Irma
mengizinkan kami semua untuk ikut sosialisasi. Meskipun sebagian ikut supaya
terbebas dari pelajaran *hehe, indahnya SMA. Di aula itu, telah hadir salah
seorang dosen STIS dan beberapa pegawai BPS (termasuk bapak Kepala BPS
Kabupaten Buol) yang kemudian memberikan penjelasan kepada kami tentang seluk
beluk STIS. Kami pun jadi lebih paham aturan mainnya.
Ketika
kita lulus ujian masuk, kita harus menandatangani surat perjanjian ikatan
dinas, dengan begitu setelah lulus dari STIS kita wajib mengabdi di BPS selama
dua kali masa kuliah. Jadi kalo kuliahnya selesai empat tahun, wajib
mengabdinya selama delapan tahun. Oh iya, salah satu yang paling ditakuti oleh
mahasiswa-mahasisiwi STIS adalah DO. DO dilakukan pada tingkat 1 semester satu
dan dua untuk mahasisiwa-mahasiswi yang tidak bisa mencapai IP minimal 2,
mendapat nilai D di mata kuliah inti, atau mendapat nilai E di mata kuliah non-inti.
Jadi tingkat satu bisa dikatakan yang paling rawan terkena DO. Selain penyebab
akademik di atas, DO juga bisa disebabkan oleh perilaku yang kurang baik dan
kurang disiplin. Untuk tingkat selanjutnya, akan diberikan kesempatan mengulang setahun, namun jika tetap belum bisa memenuhi maka tetap akan diberlakukan DO.
Salah
seorang siswi sekolah lain bertanya apakah di STIS ada asrama? Jawabannya
adalah tidak. Memang dulu pernah ada asrama, tetapi sekarang tidak ada lagi
karena kebutuhan ruang kelas yang semakin meningkat. Para mahasiswa biasanya
ngekos atau ngontrak di dekat kampus. Dan dari kampus akan memberikan tunjangan
ikatan dinas (untuk saat ini sebesar 850.000 rupiah). Jumlah ini bisa saja naik
tergantung kebijakan. *Amin, semoga naik.
Esok harinya kami ber sebelas
datang lagi ke MAN untuk ikut ujian masuknya. Ujian itu dimulai dari jam
delapan dengan tes matematika. Kemudian dilanjutkan dengan psikotes yang makan
waktu sekitar dua jam. Pukul setengah satu rangkaian proses ujian itu pun
selesai. Seluruh daya telah dikerahkan, tinggal menunggu hasil.
Tanggal
enam maret, saya dapat telepon dari salah satu pegawai BPS yang isinya saya
lulus testing masuk STIS, tinggal tes kesehatan terus fix jadi mahasiswa STIS.
Alhamdulillah, itu saking senangnya saya teriak-teriak sampe lupa kalo
sambungan teleponnya masih jalan. Saya langsung berterima kasih sama bapaknya
kemudian tutup telepon. Dan langsung menghadap orang tuaku. Ahhh,, senangnya
liat mereka tersenyum bahagia.
Selain
saya, Susi teman sekelasku juga lulus testing. Dan seorang lagi dari SMAN 1
Bokat, namanya Absalom. Kami bertiga lalu menjalani tes kesehatan dan
Alhamdulillah hasilnya juga memuaskan. Bulan Juli kami bertiga dipanggil ke BPS
kabupaten kemudian dikabari kalau kami berhasil lulus dari semua rangkaian
testnya. Dan sejak itu, kami dipanggil untuk bantu-bantu mengedit kesalahan
pada pengisian kuisioner Sensus Pertanian 2013. Kebetulan pegawainya masih
belum terlalu banyak sehingga kami dipekerjakan sebagai tenaga kerja lepas di
bagian editing coding. Pegawai BPS ramah-ramah dan banyak pelajaran yang bisa
kami ambil dari mereka. Selama satu bulan kami bekerja di sana hingga tak
terasa waktu keberangkatan ke Jakarta semakin dekat. Kami masih harus mengikuti
matrikulasi sehingga harus berangkat pada sekitar akhir agustus. Di akhir waktu
kami di BPS, tak lupa kami berfoto bersama para pegawai, KSK, dan juga bapak
kepala BPS. Selain untuk salah satu tugas magradika, juga sebagai
kenang-kenangan bahwa kami dulu pernah kerja lepas di BPS, hehe.. Sayangnya laptopku lagi rusak jadi file fotonya tidak bisa diupload..
Oke deh, sekian dulu cerita dari saya, sampai ketemu di cerita selanjutnya.. :)
Oke deh, sekian dulu cerita dari saya, sampai ketemu di cerita selanjutnya.. :)