Breaking News

Blogger Cursor by Tutorial Blogspot

Jumat, 15 April 2016

Konsumen Cerdas untuk Indonesia yang Lebih Baik

MEA via hargatop.com
Sudah tahu kan, bahwa sejak tahun 2015 kemarin Masyarakat Ekonomi ASEAN telah mulai diberlakukan. Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN tentu tak ketinggalan menjadi bagian dari perdagangan bebas ini. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia nampaknya akan menjadi target utama dari banyak negara untuk memasarkan produknya. Apalagi dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung lebih menyukai produk-produk impor dibanding dengan produk dalam negeri.

Apa yang terjadi jika akhirnya kita lebih memprioritaskan produk-produk luar tersebut dibanding produk dalam negeri? Perputaran uang dalam negeri akan menjadi lambat dan pada akhirnya ekonomi dalam negeri menjadi lemah. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dan kerja sama dari seluruh komponen masyarakat agar supaya Indonesia mampu bertahan di tengah gempuran produk dan tenaga kerja asing bahkan justru mendapatkan keuntungan dari kondisi ini.

Menjadi konsumen cerdas adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan bersama untuk mendukung kiprah negara kita dalam ajang MEA ini. Apa itu konsumen cerdas? Bagaimana cara untuk menjadi konsumen cerdas? Berikut adalah 7 hal yang menjadi ciri-ciri konsumen cerdas.

1. Menegakkan Hak dan Kewajiban Sebagai Konsumen

Belanja di Supermarket via pesanobat.co
Sebgai konsumen, kita memiliki serangkaian hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun hak-hak itu meliputi  hak atas kenyamanan, advokasi, informasi yang benar, hak untuk memilih, didengar, mendapat pembinaan, dilayani dengan baik dan mendapat ganti rugi jika barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian. Menyadari hak-hak ini akan membuat kita tahu apa yang sebenarnya merupakan hak kita dan bisa kita tuntut apabila tidak dipenuhi.

2. Teliti Sebelum Membeli

Teliti sebelum membeli via viva.id
Selalu biasakan teliti sebelum membeli sesuatu. Minimal kita harus tahu betul barang atau jasa apa yang kita beli. Apabila ada yang masih belum jelas, konsumen sebaiknya bertanya kepada penyedia produk.

3.  Membeli Sesuai Kebutuhan

Membeli sesuai kebutuhan via bukanhanya.com
Sebagian besar orang, khususnya wanita biasanya membawa pulang lebih daripada apa yang direncanakan ketika pergi berbelanja. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan ekonomi keluarga menjadi kurang stabil atau pun perencanaan keuangan menjadi kacau. Nah, adapun konsumen cerdas terbiasa membuat list dari apa yang ingin dibeli sebelum mulai berbelanja. List ini berfungsi untuk membuatmu menahan diri ketika melihat barang-barang yang belum menjadi prioritas belanjamu. Perencanaan keuangan pun menjadi aman.

4. Memastikan Produk Sesuai Standar Mutu (SNI)

Produk berlabel SNI via merdeka.com
SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. Produk yang bertanda SNI lebih terjamin keamanan dan kesehatannya dibanding produk yang tidak bertanda SNI.

5. Memperhatikan Label, Manual, dan Kartu Garansi Bahasa Indonesia

Kartu Garansi via laku6.com
Apabila membeli produk elektronik, perhatikan selalu bahwa produk harus disertai dengan manual dan kartu garansi berbahasa Indonesia.

6. Memperhatikan Masa Kadaluarsa

Masa kadaluarsa via lovepurrscat.blogspot.com
Ini adalah salah satu elemen penting dalam berbelanja. Konsumen cerdas akan secara otomatis teliti memperhatikan masa kadaluarsa dari produk yang ingin dibeli. Bahaya kan kalau kita baru menyadari bahwa produk tersebut telah melewati masa kadaluarsa ketika kita sudah mengkonsumsinya?

7. Menjadikan Produk Dalam Negeri Sebagai Pilihan Utama

100% cinta Indonesia via editorialsulutnews.files.wordpress.com
Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan slogan 'cintai produk dalam negeri'. Kemendagri akhir-akhir ini memang semakin gencar mempromosikan slogan yang satu ini. Alasannya jelas, siapa lagi yang bisa menolong perekonomian kita selain kita sendiri? Konsumen cerdas sadar akan hal ini sehingga selalu membiasakan diri untuk memilih produk dalam negeri sebagai pilihan utama ketika berbelanja.

Nah, dengan menerapkan ketujuh langkah di atas, kita sudah menjadi konsumen cerdas yang turut berkontribusi dalam membangun perekonomian negara. Dan juga turut memberi andil dalam mengubah Indonesia menjadi lebih baik lagi. Mudah, bukan?

Ayo mulai sekarang niatkan diri untuk menjadi konsumen cerdas dan mulai menerapkan langkah-langkah di atas dalam kehidupan sehari-hari. Selain berguna bagi bangsa, menjadi konsumen cerdas juga tentu bermanfaat bagi diri kita sendiri.

Salam konsumen cerdas!
Read more ...

Minggu, 10 April 2016

Berawal dari Pascal

Ingin mendapatkan tool dan tutorial pemrograman gratis? Kunjungi Intel Developer Zone http://sh.teknojurnal.com/witidz

Saat pertama kali mengenal dunia IT dan pemrograman, saya masih berstatus sebagai siswi kelas sepuluh di suatu SMA di sudut pulau Sulawesi. Dulu belum begitu paham apa fungsinya, bagaimana bisa kode-kode semacam ini membentuk aplikasi yang biasa kita pakai sehari-hari. Hanya saja, ada yang menarik dari kode-kode ini.
Awalnya, saya belajar bahasa pemrograman Pascal karena ingin mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten di bidang Komputer. Lalu apa yang saya temukan? Pascal itu menarik dan dalam sekejap saja saya sudah jatuh cinta dengan pemrograman. Terkadang memang rumit menyelesaikan beberapa soal karena saya masih belum terlalu menguasai seluruh kosa kata dalam bahasanya. Tapi justru itulah yang membuat saya penasaran. Cukup penasaran untuk membuat saya mulai mempelajarinya secara otodidak.
Jadi, berbekal buku pemrograman dasar milik guru pembimbingku dimulailah petualanganku mengenal Pascal lebih dekat.

Berhasil Menjadi Peserta OSN Tingkat Nasional

Peserta OSN Komputer Tahun 2012 
Waktu itu rasanya seperti mimpi menjadi kenyataan. Untuk ukuran anak-anak kampung seperti kami, bisa mengikuti OSN hingga ke tingkat Provinsi saja sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi bisa tembus hingga ke tingkat nasional? Bahagianya tidak terkira. Sayangnya, saat itu juga guru pembimbingku resmi dipindahkan keluar daerah. Alhasil, saya harus melanjutkan pelajaranku sendirian. Berbekal kuota internet dengan jaringan yang mati-mati-hidup, saya lanjutkan perjuanganku mengenal Pascal. Karena kondisi yang tidak begitu mendukung, waktu itu saya memang tidak berharap yang muluk-muluk. Tujuannya dibelokkan jadi sekedar jalan-jalan saja ke Jakarta :D
Saat perlombaan itulah saya menyadari bahwa ternyata populasi perempuan yang menjadi peserta benar-benar jauh lebih sedikit dari jumlah laki-laki. Hanya ada 16 perempuan dari 90 peserta.

Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Jakarta

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta Timur
Kelas tiga SMA, saya mulai mengenal sebuah perguruan tinggi kedinasan bernama STIS. Waktu itu, katanya kuliah di sini itu gratis dan dapat tunjangan per bulan pula. Wah, langsung saja saya tertarik. Kebetulan untuk penerimaan mahasiswa baru tahun 2013, Kabupaten Buol dapat jatah untuk jalur khusus PMDK. Inilah salah satu hikmah tinggal di daerah terpencil.  Mendaftarlah saya beramai-ramai dengan beberapa teman sekelas.
Dengan semangat empat lima, kami rajin datang ke rumah Bu Irma, guru matematika untuk minta diajari. Dan apa yang saya sadari semenjak mulai menggeluti dunia Komputer adalah belajar matematika, fisika dan kawan-kawannya menjadi lebih mudah ketika kita terbiasa mengerjakan soal-soal logika maupun pemrograman. Kedua hal itu melatih kemampuan otak untuk problem solving. Dan problem solving adalah segala hal yang kita butuhkan untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Singkat cerita dengan segala daya upaya, doa dan dukungan, saya berhasil menjadi salah satu mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.

Masuk Jurusan Komputasi Statistik

Kelas 2KS1 STIS 55
Di STIS, ada beberapa peminatan yang bisa dipilih selain tetap mempelajari statistik dasar. Tahun pertama, seluruh angkatan masih belum dipersilahkan untuk memilih jurusan. Semuanya mempelajari mata kuliah dasar yang sama. Tahun kedua, ada dua jurusan yang bisa dipilih. Statistika atau Komputasi Statistik. Untuk jurusan Statistika ini sendiri, akan ada pemilihan peminatan lagi di tingkat tiga. Ada Statistika Ekonomi dan Statistika Sosial Kependudukan. Sedangkan pada jurusan Komputasi Statistik tidak ada peminatan di tingkat berikutnya.
Sehubungan dengan segala alasan yang telah saya jabarkan di atas, saya memutuskan untuk memilih jurusan Komputasi Statistik. Meskipun sebelumnya sudah tahu bahwa dunia IT didominasi oleh kaum Adam, awalnya sempat shock juga melihat komposisi mahasiswanya. Padahal rasio ini sedikit lebih besar dibanding waktu OSN kemaren. 10 perempuan dari 34 mahasiswa.
Di sini bahasa pemrograman yang dipelajari bukan lagi Pascal, namun berganti menjadi Java. Juga ada tambahan pemrograman web dan sebagainya. Tapi percayalah, sekali kalian menguasai salah satu bahasa pemrograman dengan segala strukturnya maka bukan hal yang terlalu sulit untuk mempelajari yang lain. Bagiku, semuanya berawal dari Pascal. Dan kini, saya siap untuk belajar lebih banyak lagi.

Saat ini saya masih menjalani tahun ketiga sebagai mahasiswi. Meskipun jelas tidak bisa mengimbangi kemampuan pemrograman teman-teman laki-laki, saya tetap menikmati belajar di jurusan Komputasi Statistik ini. Dunia yang satu ini telah membawa saya hingga sejauh ini. Kuliah sebegini jauh dari kampung halaman adalah salah satu hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan untuk itulah saya selalu bersyukur pernah mengenal Pascal.

Dulu saya mulai jatuh cinta pada pemrograman saat kelas sepuluh SMA. Semoga saja masih bisa tetap cinta setidaknya hingga skripsi selesai ;)
Read more ...

Selasa, 01 Maret 2016

Kebun Buah Mekarsari

Habis UTS kemarin, saya sama temen-temen memutuskan buat jalan-jalan seharian. Kali ini, yang jadi tujuan kami adalah Kebun Buah Mekarsari yang ada di Bogor. Jarak yang gak terlalu jauh dari Jakarta dan TID yang kebetulan juga baru cair mengantar kami ke tempat wisata buah yang satu ini.
Kami berangkat dari Jakarta sekitar pukul sepuluh pagi. Dari halte busway Bidara Cina, kami transit dulu ke halte BNN sebelum akhirnya numpang APTB jurusan Cileungsi. Selanjutnya, tinggal turun di terminal Cileungsi kemudian naik angkot (lupa jurusan apa) pokoknya yang ada abang-abangnya teriak Mekarsari.
Sehubungan dengan status Bogor sebagai kota hujan, kami beruntung hari itu hujan hanya turun sesekali dan gak sampai mengganggu aktivitas jalan-jalan kami. Sejauh ini pengeluaran 23 ribu rupiah untuk transjakarta + APTB + angkot.
Tiket masuk Mekarsari seharga Rp. 25.000. Ada juga paket-paket yang ditawarkan sekaligus dengan tiket masuk. Tapi karena kami masih belum terlalu tahu apa-apa aja yang ada. Kami memutuskan buat beli tiket masuk dulu aja.
Setelah puas muter-muter dan lihat-lihat, kami akhirnya memilih paket tur buah seharga Rp. 55.000 (kalo gak salah, apa 50 ribu?). Kata mbak-mbaknya, dengan beli paket itu, kita bisa ikut tur dengan kereta yang disediain oleh Mekarsari. Turnya ngelilingin kebun-kebun buah, juga bakal dapat beberapa souvenir di setiap tempat persinggahan kita. Cus.
Persinggahan pertama kami adalah kebun rambutan. Banyak banget pohon rambutan sejauh mata memandang. Persediaan rambutan yang bebas disantap di tempat pun juga tak kalah banyak, asal kuat makan aja.


Pengen metik sendiri dari pohonnya? Boleh banget.


Pokoknya puas deh ya nyantap rambutan di pemberhentian pertama. Setelah itu, lanjut lagi tur buahnya melewati beberapa kebun buah-buah yang lain sembari kakak pemandu turnya nyeritain asal muasal dan sejarah buah-buah tersebut. Pemberhentian kedua kami adalah kebun salak. Di sini, kita dikasihin sekantong buah salak buat oleh-oleh. Lumayanlah. Terus lagi nih tur buahnya ke kebun belimbing. Karena kami gak terlalu tertarik sama turnya, jadinya kami foto-foto aja nih di kebun belimbing yang luas.


Di sini kita dikasih lagi satu buah belimbing gede sebagai suvenir. Makin banyak bawaan deh. Ada juga sebotol jus buah mangga seger. Pokoknya hari itu bener-bener makanannya bergizi semua. Hehe.
Pemberhentian terakhir adalah tujuan utama kami yang emang berencana pengen piknik di tempat ini. Tadaa... Danau yang luas banget.


Selain luas, di tepian danau ini juga rimbun banget. Cocok buat gelar tikar dan makan-makan. Di sinilah piknik kami dimulai. Kertas koran dihamparkan di atas rerumputan, buah-buahan disajikan dan bekal makan dibuka. Yeee. Asyik banget, menikmati suasana di tepi danau sembari makan makanan yang meski sederhana tetap terasa lezat. Apalagi bareng temen-temen. Buat saya pribadi, inilah puncak kenikmatan dari acara piknik itu sendiri.
Setelah puas menikmati suasana tepi danau, kami mulai berjalan lagi. Rencananya udah mau pulang dan lagi nyari jalan keluar, tapi di tengah jalan ketemu sama buah yang lagi dikangenin ini. Jadinya kami singgah sebentar buat melengkapi tur buah kami dengan sang raja buah.


Perjalanan kami akhirnya ditutup dengan foto kenang-kenangan di atas jembatan dengan pemandangan manis ini.


Suatu hari nanti, kalo saya dengar lagu buah-buahan yang diputer berulang-ulang di tepi danau itu, saya pasti ingat kalian. Suatu saat, ketika saya lihat jembatan seperti yang pernah kita pijak ini saya pasti ingat kalian. Terima kasih untuk perjalanan manis ini dan kebersamaannya yang hangat selama di tanah rantau.
Pada akhirnya, selalu ada cerita untuk dikenang suatu hari nanti seandainya kita mau meluangkan sedikit saja waktu dan juga mungkin sedikit materi untuk menciptakan momen itu.
Read more ...

Kamis, 25 Februari 2016

Ada Cerita Tentang Kita di Bandung (Part 2)

Melanjutkan postingan sebelumnya, kali ini saya akan bercerita tentang beberapa destinasi wisata yang kami kunjungi di Bandung. Standar sih sebenarnya, berhubung kami baru pertama kali ini datang ke Bandung. Nah, karena objek wisata yang menjadi tujuan utama kami terpisah jauh, yaitu di Bandung Utara dan Selatan maka kami memutuskan untuk mendatangi kedua tempat itu di hari yang berbeda. Sabtu ke Bandung Utara, Minggu ke Bandung Selatan. Untuk transportasinya, dengan pertimbangan tempat wisatanya yang cukup jauh dan jumlah kami yang juga berenam, maka kami memilih untuk menyewa mobil.
Berikut tempat-tempat yang kami kunjungi di Bandung.

1. Tangkuban Perahu



Tangkuban Perahu adalah salah satu tujuan utama wisata kami. Tentu saja itu semua
Read more ...

Selasa, 23 Februari 2016

Ada Cerita Tentang Kita di Bandung (Part 1)

Assalamualakum wr. wb. :D sudah lama sekali rasanya menelantarkan blog yang satu ini. Sekarang saya balik lagi bawa cerita-cerita baru, semoga ke depannya bisa terus istiqomah mengurusi blog ini. Amin.
Sekarang saya lagi gandrung banget nih sama yang namanya travelling. Maklum, mahasiswa. Dan mumpung masih menuntut ilmu di tanah Jawa ini. Di mana begitu banyak tempat yang bisa kita datangi dengan mudah. Sebelum nanti balik lagi ke kampung, nun jauh di sudut pulau Sulawesi. Jadi, saya harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Kapan lagi bisa travelling bareng temen-temen dan mengalami serunya melancong ke kota orang yang sebelumnya belum pernah dikunjungi sama sekali? Mumpung masih muda, hehe. Yuk maksimalin kesempatan menambah pengalaman dan wawasan dengan travelling.
Perjalanan kami yang satu ini sebenernya udah hampir setahun yang lalu. Tapi pengen aja berbagi cerita tentang bagaimana kami, enam mahasiswi dari ibukota yang notabene perantau dari kampung mencoba keluar dari zona nyaman dan mendatangi tempat baru. Rencana ini sebenernya bermula dari ide yang tiba-tiba muncul di kepala pada suatu hari sebelum ujian tengah semester. Kemaren kan udah sempat jalan-jalan ke Jogja bareng Uci dan Tanzir, kenapa enggak coba jalan-jalan ke Bandung. Sebenernya perbedaannya jelas, di Jogja kita punya banyak temen dari kampung yang merantau ke kota pelajar itu. Maka penginapan, transportasi dan keamanan terjamin. Sedangkan di Bandung, kita bener-bener buta. Tapi gak mengapa, asalkan tekad dan izin orang tua berhasil dikantongi :D.
Mau tahu gimana kita merealisasikan rencana mendadak itu? Pertama kita buat pembagian tugas yang jelas. Saya bertugas ngurusin penginapan, Arini bertugas mesen tiket kereta, Ayu berurusan dengan transfer-mentransfer berhubung dia satu-satunya yang make sms banking, Lita bertugas nyariin tempat-tempat yang bakal kita datengin. Sisanya Ucik dan Fiah untuk sementara belum ada tugas. Dan akhirnya, dengan bekal TID sebulan, berangkatlah kami malam itu tanggal 22 Mei 2015 dari stasiun Senen.

Pasukan siap jalan-jalan

Perjalanan Jakarta-Bandung memakan waktu sekitar 3 jam. Sampai di stasiun Kiara Condong, udah sekitar pukul sebelas malam. Kita berenam udah kayak anak ilang gak tau arah. Mana muka masih pada imut-imut kan kayak anak SMA. Wkwkwk. Untung kemaren jadi minta jasa dijemputin sama pemilik penginapan yang bakal kita tinggali. Lumayanlah, dari pada pusing dan lelah mencoba menerka-nerka arah. Rencananya sih emang mau backpackeran, tapi takut ilang juga. Wkwk.
Kebetulan sekali, tanggal 23 Mei itu hari ulang tahun Ucik yang ke-19. Maka kami sempetin beli kue sederhana sebelum berangkat biar nanti bisa dirayain bareng-bareng.

Yeee.. Ulang Tahun :D
Nah, mungkin sekian dulu cerita tentang perjalanan kami menuju ke Bandung. Adapun rincian biayanya sejauh ini sekitar Rp.85.000. Tiket kereta Rp.75.000+ Jasa jemput Rp.50.000/6 orang. Perjalanan kami mengeksplorasi destinasi-destinasi wisata yang ada di sini insya Allah bakal saya ceritain di postingan selanjutnya. See yaa :)
Read more ...
Designed By